Ketika pada 1971 Heinz Kohut menerangkan pengalamannya membantu pasien dengan memahaminya secara introspektif, memahami “dari dalam sang pasien”, para psikoanalis dan psikoterapis pada masa itu mengandalkan imajinasi mereka buat memahami penjelasan yang sulit itu. Kendati terasa esoteris, tetapi uraian Kohut terhayati sebagai sesuatu yang menyegarkan di tengah derasnya pengaruh pemikiran Cartesian yang “menaruh objek yang dipelajari (termasuk manusia) di hadapan sang peneliti yang berjarak darinya”. Paradigma Renatus Cartesius ini (juga disebut René Descartes, dalam konteks Prancis), mengajak pembelajar justru menyaksikan objek (yang diteliti) dari luar, bahkan mengambil jarak darinya, demi objektivitas.
Gerakan intelektual dan kesenian pada akhir Abad XVIII di Eropa, yang dinamai Gerakan Romantik, menanggapi suasana intelektual dan kultural itu dengan seruan tentang pentingnya “memanusiakan manusia”, yang berarti pula mengerti manusia dengan mendalami perasaan-perasaannya, memahami manusia subjek (bukan objek) dari dalam.
Tentu tidak mudah megejawantahkan tindakan mengerti manusia dari dalam. Pada perspektif ini, apa yang dilakukan oleh Dumas et al. pada 2010—lebih dari dua ratus tahun pasca-Gerakan Romantik—sungguh membantu meraih kejelasan tentang apa dan bagaimananya ihwal menghampiri manusia dari dalam. Para peneliti pelopor itu memindai otak dua insan secara simultan dan real time. Studi ini berhasil menjelaskan tentang terjadinya sinkronisasi dua regio centroparietale dexter pada saat dua insan bekerjasama. Sekaligus juga berlangsungnya sinkronisasi kedua right temporoparietal junction pada saat mereka berinteraksi dengan dekat, pada waktu terjadi aktivitas mengerti secara empatik, dan ketika berlangsung upaya memahami perasaan pihak lain.
Kesejajaran (alignment) atau keserentakan (sinkronisasi) atau coupling dua hemisferium kanan, seperti yang ditemukan pada riset Dumas, dkk. pada 2010, secara hakiki adalah keserupaan aktivitas metabolik fisiologis pada systema nervorum centrale dua manusia. Kejadian ini menggambarkan saat-saat seseorang sungguh menghampiri psike sesamanya dari dalam.
Dengan menalar sederhana dapat diraih pengertian bahwa ketika seorang terapis dapat menghampiri pasiennya dari dalam, kemungkinannya untuk dapat membantu akan lebih besar daripada jika dia semata berada di luar pasien dan memikirkan sendiri tentang apa yang terjadi atau dialami oleh sang pasien. Secara sederhana pula dapat digambarkan betapa menghampiri pasien dari dalam adalah berempati kepadanya dan bekerja sama erat dengannya.
Psikiater memegang peranan penting dalam proses pemeriksaan sebuah kasus hukum, baik untuk membuat visum et repertum maupun sebagai saksi ahli. Psikiater yang mengkhususkan diri pada hal tersebut, disebut psikiater forensik atau konsultan forensik. #psikiater #forensik #pdskji #pdskjiindonesia #dokter #kasushukum #kesehatan #kesehatanmental #pengadilan #dokterspesialis
https://www.instagram.com/reel/Cqt5XUiO4Ug/?igshid=MDJmNzVkMjY=Paradigma pengobatan skizofrenia saat ini telah bergeser, termasuk pemilihan terapi antipsikotik injeksi atau disebut atypical antipsychotic long-acting injectable (aLAI). Yuk, ikuti e-Course CEGAH KAMBUH SKIZOFRENIA terbaru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan orang dengan skizofrenia! GRATIS! Dapatkan 6 SKP IDI serta Sertifikat PDSKJI Tanpa biaya! e-Course ini dipersembahkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) bekerja sama dengan Alomedika serta didukung sepenuhnya oleh Johnson & Johnson.
KLIK link ini! https://alomedika.onelink.me/qZen/9216422506 Februari 2025 - Mari siapkan diri untuk agenda ilmiah Psikiatri Anak & Remaja paling dinanti! Departe...Readmore »
05 Desember 2024 - the 10th World Congress Asian Psychiatry (WCAP) 2024 Presents International Symposium &am...Readmore »
Copyright © 2014 - PDSKJI - All rights reserved. Powered By Permata Technology